Sapere Aude, Literasi Informasi dan Library 3.0

No Thumbnail Available
Date
2022-09-14
Authors
Joko Santoso
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Koleksi Joko Santoso
Abstract
Sebuah versi ilmiah yang “kebenarannya” ditengarai menyimpang dari doktrin resmi agama dan kekuasaan. Sapere aude, semboyan zaman yang terlambat dating itu, sepertinya mampu memotret benak mereka. Secara cepat, sepenggal motto aufklarung ini, memiliki daya hentak yang amplitudonya masih terasa hingga hari ini. Istilah Sapere aude berasal dari Bahasa Latin. Sapere artinya berpikir atau mengerti dan Aude artinya berani. Sehingga kata Sapere aude diartikan sebagai berani berpikir. Secara luas Sapere aude berarti beranilah untuk mengetahui atau menjadi pandai. Sapere aude pertama kali termaktub dalam karya Horatius, dalam kredoo beranilah menjadi bijak! Kemudian dipungut oleh Immanuel Kant dengan mengatakan bahwa pencerahan adalah pembebasan manusia dari ketidakdewasaan yang dibuatnya sendiri. Penyebabnya bukan pada kurangnya pikiran, melainkan kurangnya ketegasan dan keberanian untuk mempergunakan pikirannya sendiri tanpa bimbingan orang lain. Sapere aude! Beranilah mempergunakan pikiranmu sendiri! Beranilah mengetahui! Ungkapan Kant ini merangkum keyakinan dan ambisi kalangan terpelajar dan kaum intelektuan radikal abad ke-18. Sapere aude adalah ungkapan Zaman Pencerahan dalam sejarah peradaban manusia. Pencerahan yang melanda hampir seluruh Eropa, Inggris, Jerman, Perancis, dan Italia. Periode yang sekaligus menjadi peletak dasar peradaban yang mengubah tata sosio-politik dunia hingga kini. Sapere aude menjadi nyala nyali untuk bereksplorasi dalam meraih “kebenaran.” Sekolah, akademi, universitas, Lembaga riset, pun makin mendapatkan kemandiriannya. Ilmu pengetahuan menjadi lebih terperinci, terspesifikasi, lepas dari dominasi dan otoritas kembaga agama dan kekuasaan. Sapere Aude menuntut prasyarat literasi informasi, ialah keterbukaan terhadap informasi dan pengetahuan. Literasi informasi memampukan individu secara otonom berfikir dan bertindak, karena memahami. Konsep Librari 3.0 memaknai perpustakaan bukan persoalan Gedung belaka. Library 3.0 dibangun untuk menciptakan hubungan semantic antara semua isi repositori perpustakaan dengan pengetahuan Lembaga, dan memastikannya agar terus dapat diakses secara terbuka, untuk dimanfaatkan secara luas bagi pembelajaran dan meningkatkan literasi informasi setiap individu dalam masyarakat. Untuk mendapat kecerdasan seseorang membutuhkan absorbsi, persepsi dan analisis yang mantap dari bacaan-bacaannya. Dan tidak ada satu institusipun di dunia ini yang penuh loyalitas dan dedikasi social dalam menyiapkan bacaan bagi setiap orang yang berbeda-beda, kecuali perpustakaan. Maka kredo Sapere Aude nampaknya tidak pernah berlalu dan usang. Ia dapat mewakili semangat mereka yang mencitai buku dan ilmu pengetahuan, semangat mereka yang mempercayai perpustakaan sebagai institusi intelektual. Juga semangat yang harus dimiliki oleh setiap pustakawan, untuk melayankan informasi yang tepat, kepada pengguna yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat.
Description
Library 3.0 adalah sebuah konsep perpustakaan sebagaai ruang public yang memungkinkan individu-individu untuk berinteraksi, berinovasi dan mendapatkan inspirasi. Dengan demikian, pendekatan perpustakaan akibat pengaruh teknologi informasi dan komunikasi ini memiliki karakteristik kepentingan yang berfokus pada individu, menekankan semangat social untuk berbagi sumber daya keilmuan dan akses terhadapnya, dan sebuah ruang yang menundang partisipasi lebih banyak orang-orang untuk memperkaya isi dan layanan perpustakaan secara bersama. Dengan demikian, library 3.0 dibangun untuk menciptakan hubungan semantic antara semua isi repositori perpustakaan dengan pengetahuan Lembaga, dan memastikannya agar terus dapat diakses secara terbuka, untuk dimanfaatkan secara luas bagi pembelajaran dan meningkatkan literasi informasi setiap individu dalam masyarakat.
Keywords
Citation
Collections